Keluarga Korban Pembunuhan di OKU Berharap Pelaku Dihukum Mati

0

BATURAJA – Ratusan warga ikut mengantarkan pemakaman RN (12), siswi salah satu SMPN di OKU yang menjadi korban kekerasan seksual dan pembunuhan sadis pada Jumat (03/04) lalu.

Korban sendiri dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Desa Tubohan Kecamatan Semidang Aji, Sabtu (04/04) sekitar pukul 11.00 WIB. Isak tangis mengiringi kepergian putri bungsu dari dua bersaudara yang masih duudk di kelas I SMP (Kelas VII) itu.

Remaja yang pendiam dan rajin itu meninggal dunia akibat ulah bejat Aldy Sukma Wijaya (19) warga Desa Tebing Kampung, Dusun III, yang tak lain adalah pelatih pramuka di sekolahnya. Pelaku sendiri menghabisi nyawa korban dengan cara tak manusiwi.

Pelaku nekad melampiaskan hasratnya secara sadis lantaran cintanya kepada korban tidak kesampaian. Kepergian korban menyisakan luka yang dalam bagi keluarga, sahabat dan para guru-guru di sekolah tempat korban menuntut ilmu.

Tampak teman-teman korban, para guru dan Kepala Sekolah, Sugiri SPd.I, ikut mengantar korban ke tempat peristirahatan terakhir. “Di sekolah korban tergolong anak yang pendiam dan rajin,” kenang Sugiri dengan nada pilu.

Sahabat dan guru-guru korban tidak menyangka korban akan pergi dengan cara yang sangat tragis. “Kami berdoa semoga almarhumah tenang di alam sana,” kata salah seorang teman korban.

Sementara Husin (43) ayah korban berharap pelaku dapat dihukum seberat-beratnya. “Kalau bisa dihukum mati agar kasus seperti ini tidak terulang lagi di OKU,” tegasnya.

Husin mengaku, sehari sebelum pembunuhan terjadi atau tepatnya pada Kamis (02/04), dia dan istrinya sudah mencurigai tingkah laku tersangka.

Kecurigaan ini kian bertambah saat pelaku mengajak anaknya untuk latihan, padahal sekolah dalam keadaan libur karena pencegahan penyebaran virus Corona.

Karena merasa curiga lanjut Husen, pada hari kejadian Jumat (03/04), sekitar pukul 09.30 WIB, anaknya diantar ke sekolah saat pelaku mengajak korban untuk mengikuti latihan hari ini.

“Saat itu saya menunggu anak saya di sekolah. Namun sejak diantar, anak saya tidak pernah muncul-muncul. Dan ketika saya tanyatakan dengan guru, dibilang kalau di sekolah tidak ada kegiatan sama sekali sehingga kecurigaan saya semakin bertambah,” ujarnya.

Kemudian, dia dan kakaknya sempat mencari bersama warga. Pada saat pencarian, salah seorang warga sempat melihat kalau korban pergi pelaku ke arah lapangan bola yang tidak jauh dari sekolah atau dua ratus meter dari sekolahan. Setelah dicari di tempat yang dituju, Husin mengaku kehilangan jejak.

“Karena panik saya pergi ke rumah kades. Bersama kades dan anggota polisi kami melakukan pencarian. Dan sekitar pukul 10.30 WIB pelaku pulang dan ketika ditanya keberadaan putri saya, dia pura-pura tidak tahu,” ujarnya.

Melihat gelagat tersangka yang mencurigakan, aparat kepolisian menahan tersangka. Kemudian, atas saran kades, Husin kemudian melapor ke petugas Polsek Semidang Aji.

Pencarian korban kemudian kembali dilanjutkan. Saat itu seorang warga menemukan tali plastik warna merah, setelah itu pencarian diteruskan dan ditemukan topi pramuka dan juga sepatu korban.

“Setelah ketemu beberapa barang anak saya, pencarian kembali dilakukan. Tak lama kemudian baru tubuh anak saya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia dengan kaki terikat tali rapiah dan tubuhnya ditutup ranting kayu dan daun, tapi kaki dan wajah anak saya masih terlihat dengan posisi terlentang,” terangnya.

Setelah jasad korban ditemukan, Husin menghubungi anggota Polsek Semidang Aji. Kemudian, petugas langsung datang ke tempat kejadian serta memasang garis polisi.

Sementara itu, Hairul tetangga tersangka mengungkapkan jika tersangka Aldy sudah memiliki istri, akan tetapi belum memiliki anak. “Pernah punyai anak tapi meninggal setelah lahir, pelaku tinggal di rumah bersama istri dan orang tuanya yang tidak jauh dari sekolahan lebih kurang tiga ratus meter,” jelasnya.

Dikatakannya, tersangka Aldy ini tidak memiliki pekerjaan lain, selain melatih pramuka di sekolah korban. (kie)