Pertama di Sumbagsel, PJB Bisa Ditangani Tanpa Bedah dan Radiasi

0
Sejumlah dokter RSMH Palembang memberikan keterangan pers kepada media di Palembang terkait penggunaan teknologi untuk PJB, Jum'at (15/7). Foto: Nasuhi Sumanto

PALEMBANG – Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang telah ada sejak lahir akibat pembentukan jantung yang tidak sempurna pada fase awal perkembangan janin di dalam kandungan.

Seiring perkembangan teknologi, untuk tata laksana penyakit ini bisa diatasi dengan tindakan tanpa bedah. Saat ini beberapa jenis PJB dapat ditangani tanpa pembedahan. Intervensi kateter Zero Fluoroscopy (tanpa radiasi) merupakan teknik mutakhir penanganan PJB tanpa pembedahan.

Hal itu terungkap saat empat dokter Rumah Sakit Mohammad Hosein (RSMH) Palembang memberikan keterangan kepada awak media di Palembang, Jum’at (15/7).

Adapun empat dokter tersebut yakni dr Alexander Edo Tondas, SpJP(K)-FIHA sebagai Kepala KSM Kardiologi RSMH, dr Radityo Prakoso, SpJP(K).,FIHA dari Tim Zero Fluoroscopy (PJNHK), Ketua PP PERKI dr Indah Puspita, Sp.JP(K) dari Pencitraan/Tim Zero Fluoroscopy (RSMH), dan dr Edrian Zulkarnain, SpJP(K) dari Operator/Tim Zero Fluoroscopy (RSMH).

Kepala KSM Kardiologi RSMH Palembang, dr Alexander Edo Tondas, SpJP(K)-FIHA mengatakan, untuk keuntungan Zero Fluoroscopy antara lain hari perawatan yang singkat, bekas luka sayatan sangat kecil, serta tanpa paparan radiasi sinar X.

“Ini pertama kali di Sumbagsel. RSMH Palembang bekerjasama dengan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita mengembangkan metode Zero Flouroscopy untuk menggantikan pencitraan dengan radiasi. Selama 2 hari tanggal 15-16 Juli 2022 ini di cathlab BHC (Brain & Heart Center),” ujarnya.

Dia melanjutkan, tindakan dilakukan atas 5 pasien dewasa dengan penyakit ASD (atrial septal defect) dan PDA (patent ductus arteriosus) menggunakan sekat buatan yang dipasangkan ke jantung lewat selang atau kateterisasi.

Untuk program ini sendiri dimotori oleh dr Edrian Zulkarnain, SpJP(K)-FIHA dari KSM Kardiologi RSMH Palembang bersama dr Radityo Prakoso, SpJP(K)-FIHA dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

“Hari ini kita telah menyelesaikan sekitar 5 kasus. Kita tahu bahwa PJB ini adalah penyakit jantung yang diderita oleh seorang pasien sejak lahir, karena dia mengalami keterlambatan berupa ketidaksempurnaan daripada bentuk atau struktur jantungnya. Misalnya sekat yang bocor, jadi harusnya itu pada proses melahirkan, maka anaknya itu biasanya sekat jantungnya nyambung, tapi ada beberapa pasien itu yang mengalami sekat yang bocor,” tegasnya.

Jadi penyakit jantung seperti ini tentu perlu diperbaiki, kalau dibiarkan dalam jangka panjang, maka efeknya tidak terlalu baik buat pasien.

Dia mengaku teknologi untuk memperbaiki PJB saat ini sudah sangat baik dibandingkan dahulu. Jika dahulu mungkin pasien harus menjalani operasi, kini pasien tanpa menjalani pembedahan, yakni melalui kateter, atau selangnya, dan biasanya dipasang lewat paha.

“Hari ini kita melakukan sesuatu hal yang baru lagi, yakni menggunakan sekat buatan. Selain menggunakan sekat buatan tanpa bedah, kita juga menggunakan teknik Zero Fluoroscopy,” bebernya.

Untuk metode ini bisa dimanfaatkan oleh pasien umum dan peserta BPJS. Sedangkan untuk harganya sendiri cukup besar, tergantung kelas yang diambil pasien tersebut.

“Setiap apa yang dilakukan pasti ada yang dirasakan oleh pasien, tapi sebatas ini masih wajar. Mudah-mudahan tidak ada efek apapun yang dirasakan oleh pasien terhadap penggunaan metode baru ini. Sedangkan alat ini sendiri berasal dari luar, dan ketersediaan nya pun dijamin,” jelasnya. (yns)